Makalah PERADABAN ISLAM PADA MASA KERAJAAN MUGHAL DI INDIA

BAB I

PENDAHULUAN

 

  1. Latar Belakang Masalah.

Kerajaan Mughal merupakan salah satu warisan peradaban Islam di India. Keberadaan kerajaan ini telah menjadi motivasi kebangkitan baru bagi peradaban tua di anak benua India yang nyaris tenggelam dan punah. Sebagaimana diketahui, India adalah suatu wilayah tempat tumbuh dan berkembangnya peradaban Hindu. Dengan hadirnya Kerajaan Mughal, maka kejayaan India dengan peradaban Hindunya yang nyaris tenggelam, kembali muncul.

Di kalangan masyarakat Arab, India dikenal sebagai Sind atau Hind. Sebelum kedatangan Islam, India telah mempunyai hubungan perdagangan dengan masyarakat Arab. Pada saat Islam hadir, hubungan perdagangan antara India dan Arab masih diteruskan. Akhirnya India pun perlahan-lahan bersentuhan dengan agama Islam. India yang sebelumnya berperadaban Hindu, sekarang semakin kaya dengan peradaban yang dipengaruhi Islam. Oleh sebab itu menjadi penting untuk menulis secara ringkas eksistensi Kerajaan Mughal di India yang identik dengan Hindu.

Makalah ini selain menggambarkan secara ringkas bagian-bagian penting,tentang asal-usul, tumbuh, berkembang serta mundurnya peradaban yang dibina Kerajaan Mughal, juga mengulas faktor-faktor yang mendorong timbul hingga tenggelamnya kerajaan tersebut. Hal ini dimaksudkan untuk mengambil pelajaran, bagaimana membalikkan gelombang peradaban di anak benua India tersebut. Mengenai hal ini Ibnu Khaldun berkata, “reversi tersebut tidak akan dapat tergambarkan tanpa menggambarkan pelajaran-pelajaran dari sejarah terlebih dahulu untuk menentukan faktor-faktor yang membawa sebuah peradaban besar melemah dan hancur.

 

 

BAB II

PEMBAHASAN

  1. Sejarah Lahirnya Kerajaan Mughal di India.

India menjadi wilayah Islam pada masa Dinasti Umayyah tepatnya pada masa Khalifah al-Walid. Penaklukan wilayah ini dilakukan oleh pasukan Umayyah yang dipimpin oleh panglima Muhammad Ibn Qosim. Kemudian pasukan Ghaznawiyah dibawah pimpinan Sultan Mahmud mengembangkan kedudukan Islam di wilayah ini dengan berhasil menaklukan seluruh kekuasaan Hindu dan mengadakan pengislaman sebagian masyarakat India pada tahun 1020 M. Setelah Gaznawi hancur muncullah beberapa dinasti kecil yang menguasai negeri India, seperti dinasti Khalji (1296-1316 M), dinasti Tuglag (1320-1412), dinasti Sayyid (1414-1451), dinasti Lodi (1451 1526). Jadi Mughal bukan kerajaan Islam yang pertama di India.[1]

Kerajaan Mughal adalah kerajaan Islam yang pernah berkuasa di India dari abad ke- 16 hingga abad ke- 19. Dinasti ini didirikan oleh Zaharuddin Babur yang merupakan keturunan Timur Lenk, penguasa Islam asal Mongol.

Babur adalah nama kecil dari Zaharuddin, yang artinya singa, ia lahir pada hari Jum’at 24 Februari 1483. Ayahnya bernama Umar Mirza menjadi amir di Fergana, turunan langsung dari Miransyah putra ketiga dari Timur Lenk. Sedangkan ibunya berasal dari keturunan Jengkuai, anak kedua dari Jengis Khan. Pada usia 11 tahun,  Babur kehilangan ayahnya dan sekaligus menggantikan kepemimpinan ayahnya dalam usia yang masih sangat muda. namun demikian ia sangat pemberani sehingga kelihatan lebih matang dari usianya. Dia mendapat latihan sejak dini, sehingga memungkinkannya untuk menjadi seorang pejuang dan penguasa besar.

Ia berusaha menguasai Samarkand yang merupakan kota terpenting dia Asia Tengah pada saat itu. Pertama kali ia mengalami kekalahan untuk mewujudkan cita-citanya. Kemudian berkat bantuan Ismail I, Raja Safawi, sehingga pada tahun 1494, Babur berhasil menaklukan kota Samarkand, dan pada dengan Tahun 1504 menaklukan Kabul, ibukota Afganistan. Dari Kabul Babur melanjutkan ekspansi ke India yang pada saat itu dipimpin oleh Ibrahim Lodi.

Ibrahim Lodi (cucu sultan lodi), sultan Delhi terakhir, memenjarakan sejumlah bangsawan yang menentangnya. Ketika itu kewibawaan kesultanan sedang merosot, karena ketidak mampuannya memimpin, atas dasar itulah Alam Khan keluarga Lodi yang lain mencoba menggulingkannya  dengan meminta bantuan Zahiruddin Babur (1482-1530 M). Permintaan itu langsung diterima oleh Babur dan bersama pasukannya menyerang Delhi. Pada tanggal 21 April 1526 M terjadilah pertempuran yang sangat dasyat di Panipat. Ibrahim Lodi beserta ribuan pasukannya terbunuh, dan Babur langsung mengikrarkan kemenangannya dan mendirikannya pemerintahannya.

Setelah mendirikan kerajaan Mughal, Babur berusaha memperkuat kedudukannya. Di pihak lain raja-raja Hindu di seluruh India menyusun angkatan perang yang besar untuk menyerang Babur dan di Afganistan, golongan yang setia pada keluarga Ibrahim Lodi mengangkat saudara kandung Ibrahim, Mahmud Lodi menjadi Sultan. Sultan Mahmud Lodi bergabung dengan raja-raja Hindu tersebut. Kali ini berarti harus berhadapan dengan pasukan koalisi, namun Babur tetap dapat mengalahkan pasukan koalisi itu dalam pertempuran dekat Gogra tahun 1529 M. Akan tetapi ia tidak lama menikmati hasil perjuangannya. Ia meninggal dunia pada tanggal 26 Desember 1530 M pada usia 48 tahun setelah memerintah selama 30 tahun. Setelah Babur meninggal, Zahirudin Babur digantikan oleh anaknya, Nashiruddin Humayun (1530-1539M).

Humayun dalam menjalankan roda pemerintahanya banyak menghadapi tantangan. Sepanjang masa pemerintahanya negara tidak pernah aman. Ia senantiasa berperang melawan musuh. Diantara tantangan yang muncul adalah Bahadur Syah, penguasa Gujarat yang memisahkan diri dari Delhi. Pemberontakan ini dapat dipadamkan, Bahadur Syah melarikan diri dan Gujarat dapat dikuasai. Pada tahun 1540 M terjadi pertempuran dengan Syer Khan di Kanauj, dalam peperangan ini Humayun mengalami kekalahan.  Ia terpaksa melarikan diri ke Kandahar dan selanjutnya ke Persia ia mengenal tradisi Syi’ah, bahkan sering dibujuk untuk memasukinya, begitu pula dengan anaknya Jalaluddin Muhammad Akbar. Di sini pula ia membangun kekuatan militer yang telah hancur, dan berkat bantuan Syah Tahmasph yang memberikan pasukan militer sebanyak 14.000 tentara, maka pada tahun 1555, Humayun mencoba merebut kembali kekuasaannya dengan menyerbu Delhi yang pada saat itu diperintah Sikandar Sur. Akhirnya, ia bisa menaklukan kota ini dan ia memerintah kembali pada tahun 1556 M.

 

Kemudian Humayyun digantikan oleh anaknya, Abu al-Fath Jalal al-Din Muhammad Akbar. Lebih dikenal dengan sebutan Akbar, dilahirkan di Amarkot, 15 Oktober 1542 M. dan memerintah (1556-1605 M) dari usia 14 tahun. Akbar  sebagai wali sultan yang masih muda maka diangkatlah Bairam Khan. Bairam seorang yang cakap, namun bukan orang yang bijaksana. Akbar adalah seorang laki-laki yang memiliki naluri kerajaan yang kuat ”seorang raja katanya, harus selalu sungguh-sunguh terhadap penaklukan; jika tidak, maka negeri tetangganyalah yang akan mengangkat senjata terhadapnya.  Prinsip tersebut membuat Akbar bertekad menjadi penguasa tertinggi di India yang tak dapat digugat. Pada tahun 1605 M. Akbar meninggal dunia. Masa kepemimpinan Akbar adalah puncak kejayaan kerajaan Mughal, tidak hanya dalam bidang politik dan militer saja, tapi juga dibidang ekonomi, pendidikan, seni dan budaya, administrasi, dan keagamaan. Kemajuan yang telah dicapai Akbar masih dapat dipertahankan oleh tiga sultan berikutnya, yaitu Jehangir (1605-1628M), Syah Jehan (1628-1658 M), dan Aurangzeb (1658-1707 M). tiga Sultan penerus Akbar ini memang terhitung raja-raja yang besar dan kuat. Setelah itu, kemajuan kerajaan Mughal tidak dapat dipertahankan oleh raja-raja berikutnya.

  1. Kemajuan Kerajaan Mughal.

Kejayaan kerajaan Mughal dimulai pada masa pemerintahan Akbar, keberhasilan Ekspansi Militer Akbar menandai berdirinya Mughal sebagai sebuah kerajaan besar.

Kita dapat merinci kemajuan-kemajuan kerajaan Mughal yang dicapai oleh masing-masing raja yang memiliki kemajuan masing-masing sebagai berikut:

  1. Politik dan Pemerintahan.

Akbar membentuk sitem pemerintahan militeristik. Dalam pemerintahan tersebut, pemerintahan daerah dipegang oleh seorang Sipah Salar (kepala komandan). Sedang wilayah distrik dipercayakan kepada Faudjar (komandan). Jembatan-jembatan sipil juga diberi jenjang kepangkatan yang bercorak kemiliteran, pejabat-pejabat itu harus mengikuti latihan kemiliteran.

  1. Akbar juga menerapkan politik Sulukhul (toleransi universal). Politik ini mengandung ajaran bahwa semua rakyat India sama kedudukanya. Mereka tidak dapat dibedakan menurut etnis dan agama. Politik ini dapat menciptakan kerukunan masyarakat India yang sangat beragam.
  2. Untuk undang-undang kerajaan, Sultan Akbar membuat Din Ilahi yaitu suatu pandangan dan sikap keagamaan resmi kerajaan yaitu unsur-unsur agama Islam, Hindu, Persia Kristen dan sebagainya yang harus dianut oleh setiap orang.
  3. Pada masa pemerintahan Aurangzeb telah terdapat jalinan kerjasama dengan negara-negara Islam diluar India. Sejumlah penguasa Islam telah mengirim duta atau perwakilan negara mereka ke Delhi, misalnya Syarif Makkah, raja-raja Persia, Balkh, Bukhara dan Kasgar; para gubernur Turki Basrah, Yaman dan Hadmarut, para pemimpin negeri Maghiribi dan Raja Arbesinia.
  4. Bidang ekonomi dan perdagangan.

Untuk mengelola ekonomi pertanian pemerintah juga mengatur tentang organisasi pertanian. Setiap perkampungan petani dikepalai oleh seorang pejabat lokal, yang dinamakan muqaddam, yang mana kedudukannya dapat diwariskan, dia mempunyai tanggung jawab menyetorkan penghasilan untuk menghindari tindak kejahatan. Kaum petani dilindungi hak kepemilikan tanah dan pewarisan, tetapi jika tidak loyal maka pejabat lokal berhak menyitanya.

  1. Bidang Pendidikan dan Iptek.

Dalam bidang pendidikan, Akbar membangun bangunan khusus untuk tempat pengajian ilmu, dia juga berusaha menarik simpati para ulama dengan menghibahkan sejumlah madrasah dan perpustakaan.

  1. Bidang Seni dan Budaya.

Seni Budaya dan arsitektur puncaknya terjadi pada masa sultan Syah Jahan yang ditandai dengan berbagai karya budaya fisik, seperti karya arsitektur monumental Taj Mahal, yang merupakan bangunan indah, yang dimaksudkan sebagai tanda cinta kasihnya kepada istri tercinta Mumtaz Mahal. Taj Mahal juga salah satu keajaiban dunia dan merupakan lambang peradaban dan kebudayaan Islam masa Lampau di India. Selain itu juga Shah Jahan telah membangun Masjid Mutiara, Masjid Jami’ di Delhi, serta takhta Merak, yaitu singgasana yang dibuat dari emas, perak, intan, serta permata cemerlang.

karya seni yang menonjol adalah karya sastra gubahan penyair istana, baik yang berbahasa Persia maupun India. Penyair India yang terkenal adalah Malik Muhammad Jayazi, seorang sastrawan sufi menghasilkan karya besar  berjudul Padmavat, sebuah karya yang mengandung pesan kebajikan jiwa manusia. Pada masa Aurangzeb, muncul seorang sejarawan yang bernama Abu Fadl dengan karyanya bernamma Akbar Nama dan Aini Akhbari, yang memaparkan sejarah kerajaan Mughal berdasarkan figure pemimpinnya.

Akbar mensponsori ajaran Din Illahi, yaitu ajaran campuran berbagai unsur   kepercayaan Hindu dan tasawuf dari unsur syi’ah.

Ø  Sebab-sebab Kemajuan

Kerajaan Mughal tidak mencapai kejayaannya secara mudah. Bagaimanapun, umat Islam di masa ini termasuk golongan minoritas di tengah mayoritas Hindu. Namun Kerajaan Mughal tetap berhasil memperoleh kecemerlangan disebabkan factor-faktor sebagai berikut;

  1. Kerajaan Mughal memiliki pemerintahan dan raja yang kuat. Politik toleransi dinilai dapat menetralisir perbedaan agama dan suku bangsa, baik antara Islam-Hindu, Ataupun India-non India (Persia-Turki).
  2. Hingga Pemerintahan Aurangzeb, rakyat cukup puas dan sejahtera dengan pola kepemimpinan raja dan program kesejahteraannya.
  3. Prajurit Mughal dikenal sebagai prajurit yang tangguh dan memiliki patriotisme yang tinggi. Hal ini diwarisi dari Timur Lenk yang merupakan para petualang yang suka perang dari Persia di Asia Tengah dan cukup dominan dalam ketentaraan.
  4. Sultan yang memerintah sangat mencintai ilmu dan pengetahuan. Para “Bangsawan Mughal mengemban tanggung jawab membangun masjid, jembatan, dan atas berkembangnya kegiataan ilmiah dan sastra”.
  5. Kemunduran dan Kehancuran kerajaan Mughal.

Setelah satu setengah abad dinasti Mughal berada dalam kejayaannya, para pelanjut Aurangzeb tidak sanggup mempertahankan kebesaran yang telah dicapai oleh pendahulu-pendahulunya. Kejayaan Mughal hilang dengan kematian Aurangzeb Satu persatu penguasa daerah melepaskan diri dari pemerintahan pusat di Delhi.

Pengganti Aurangzeb adalah Mu’azzam, setelah ia meninggal tahta digantikan anaknya Azhim al-syah. Akan tetapi di tentang Zulkifar Khan, anak ‘Asad Khan (wazir Aurangzeb. Azaim al-syah meninggal tahun 1712 M. ia digantikan oleh anaknya Jihandar Syah, tetapi ia disingkirkan oleh adiknya sendiri Faruq Syah pada tahun 1713M. Jadi dalam dua tahun saja telah terjadi empat kali pergantian sultan.  Sehingga dapat dibayangkan bagaimana kondisi kerajaan Mughal saat itu.

Konflik-konflik yang berkepanjangan mengakibatkan pengawasan terhadap daerah lemah. Pemerintahan daerah satu persatu melepaskan loyalitasnya dari pemerintah pusat. Bahkan cenderung memperkuat posisi pemerintahannya masing-masing.. disintegrasi mulai terjadi, satu persatu daerah kekuasaan Mughal mulai melepaskan diri. Keadaan ini diperparah lagi dengan datangnya ancaman baru yang lebih kuat, yaitu datangnya perusahaan Inggris (EIC) yang memiliki senjata modern melawan pemerintahan Mughal. Peperangan berlarut-larut. Akhirnya, Syah Alam membuat perjanjian damai dengan melepaskan daerah Oudh, Bengal dan Orisa kepada Inggris.

Pada saat tiga sultan berkuasa yaitu, Syah Alam, Akbar II dan Bahadur Syah, Inggris diberi kepercayaan untuk mengembangkan usahanya. Dengan jaminan memberikan fasilitas kehidupan Istana dan keluarganya.pada saat terjadinya krisis EIC mengalami kerugian dan Inggrispun mulai mengadakan pungutan yang tinggi terhadap rakyat secara ketat dan cenderung kasar. Karena rakyat merasa tertekan, maka terjadilah pemberontakan rakyat dibawah pimpinan sultan Bahadur Syah pada bualan Mei 1857 M.

Perlawanan mereka dapat dipatahkan dengan mudah, karena Inggris mendapat dukungan dari beberapa penguasa Hindu dan Muslim. Inggris kemudian menjatuhkan hukuman yang kejam kepada pemberontak. Mereka diusir dari kota Delhi, rumah ibadah banyak yang dihancurkan, dan Bahadur Syah, sultan Mughal terakhir diusir dari istana (1858 M). dengan demikian, berakhirlah sejarah kekuasaaan kerajaan Mughal di India.

Ada beberapa faktor yang menyebabkab kekuasaan kerajaan Mughal itu mundur pada satu setengah abad terakhir, dan membawa kepada kehancurannya pada tahun 1858 M, yaitu:

  1. Terjadi stagnasi dalam pembinaan kekuasaan militer sehingga operasi militer Inggris di wilayah-wilayah pantai tidak dapat dipantau oleh kekuatan maritime Mughal. Begitu juga tidak terampilnya dalam mengoperasikan persenjataan buatan Mughal sendiri.
  2. Kemerosotan moral dan hidup mewah dikalangan elite politik, yang mengakibatkan pemborosan dalam penggunaan uang negara.
  3. Kurang cakapnya pemerintahan Aurangzeb sehingga konflik antar agama terjadi sangat sukar diatasi oleh sultan-sultan sesudahnya
  4. Semua Sultan peawaris tahta kerajaan pada paro terakhir adalah orang-orang lemah dalam bidang kepemimpinan.
  5. Kedudukan Perempuan di Masa Dinasti Mughal.

Pada masa pemerintahan Dinasti Mughal perempuan India menikmati kebebasan yang berdasar keadilan dari ajaran agama islam. Perempuan dimuliakan kedudukannya dan pendapatnya dihormati. Pada masa Shah Jehan dibangun makam yang megah untuk istri tercintanya yang wafat dan diberi nama Taj Mahal. Perempuan memperoleh hak-haknya sebagai pribadi dan anggota masyarakat.

Namun demikian, suasana umum dari kedudukan perempuan di masa ini masih belum seluruhnya baik. Agama sinkretisme yang dikembangkan sering bertentangan dengan ajaran islam, seperti dikeluarkannya larangan untuk mandi junub dan dilarang kawin dengan sepupu atau famili dekat karena merusak cinta kasih.

 

 

BAB III

PENUTUP

  1. Kesimpulan

Pendiri kerajaan Mughal adalah Zahirudin Muhammad Babur, berasal dari keturunan Timur Lenk dan Jengis Khan. Kerajaan Mughal berdiri pada tahun 932 H/1526M. Di India corak pemerintahannya militeristik yang absolute.

Kerajaan Mughal membawa beberapa kemajuan dalam Islam, baik dalam bidang politik, militer, seni, dan juga dalam bidang ekonomi khususnya. Peninggalan yang dikenal sampai sekarang dari kerajaan Mughal (salah satu keajaiban dunia) Taj Mahal.

Setelah Aurangzeb meninggal dunia kemunduran mulai menggerogoti kerajaan Mughal, para penggantinya pada umumnya lemah sehingga tidak dapat memulihkan kejayaan yang pernah dicapai oleh para pendahulunya. Kemunduran Mughal berlangsung terus-menerus sehingga sampailah kepada pintu gerbang kehancuran pada tahun 1858 M.

Penyerbuan aliansi Hindu-Sikh, penyerbuan Nadir Syah, Ahmad Duran dan kolonial Inggris merupakan pukulan berat bagi Mughal. Serbuan Inggris akhirnya mengakhiri kerajaan Mughal dengan segala kejayaannya.

 

 

 

 

 

 

 

[1]Ali K, Sejarah Islam dari awal hingga runtuhnya dinasti Usmani Tarikh pramoderen (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada 1996), h. 351.

Tinggalkan komentar